Kamis, 08 Agustus 2019

Belanja Pemerintah (APBN) Semester II Tahun 2018 Pada Provinsi Sumatera Barat

Alokasi belanja pada APBN tahun 2018 untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat sebesar Rp14,27 triliun atau naik Rp969,3 miliar dibandingkan dengan alokasi belanja pada APBNP Tahun 2017. Kenaikan alokasi anggaran sebesar 7,3% tersebut antara lain disebabkan adanya kenaikan alokasi anggaran untuk kegiatan Pemilihan Kepala Daerah serentak yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum. Peningkatan terhadap alokasi belanja pada APBN 2018 di Sumatera Barat diikuti dengan peningkatan penyerapan anggaran. Pada Tahun 2018, penyerapan anggaran seluruh kementerian negara/ lembaga mencapai 92,95% lebih tinggi dibandingkan penyerapan anggaran tahun 2017 yang hanya sebesar 90,5%.


Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Klasifikasi Fungsi

Belanja negara sesuai Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara terbagi ke dalam 11 (sebelas) fungsi yaitu: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial. Pada tahun 2018, terdapat tiga fungsi dengan alokasi anggaran terbesar, yaitu fungsi Pendidikan (24,47%), Pelayanan Umum (23,69%), dan Ekonomi (20,37%). Alokasi fungsi pendidikan tahun 2018 sebesar Rp3,49 triliun telah memenuhi alokasi yang diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan nasional yaitu 20 % dari alokasi APBN. Hal yang sama juga terdapat pada alokasi fungsi kesehatan dengan alokasi anggaran Rp1,05 triliun atau 7,37%, melebihi alokasi anggaran fungsi Kesehatan sesuai Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu 5% dari APBN.



Dari sisi penyerapan anggaran, pada tahun 2018 terdapat 3 (tiga) fungsi dengan penyerapan anggaran dibawah target penyerapan anggaran 90%, yaitu fungsi Ekonomi (85,44%), fungsi Lingkungan Hidup (88,50%), dan fungsi Kesehatan (88,43%). Namun, apabila dilihat dari kontribusi terhadap total anggaran tahun 2018 yang tidak terserap (undisbursed), fungsi Ekonomi, fungsi Pelayanan Umum, dan fungsi Pendidikan merupakan fungsi dengan kontribusi terbesar terhadap ketidakserapan anggaran. Besarnya kontribusi fungsi Ekonomi disebabkan masih rendahnya penyerapan anggaran pada Kementerian PUPR yang dilaksanakan oleh satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sumbar (495580) pada kegiatan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional serta satker SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air WS Indragiri-Akuaman, WS Kampar, WS Rokan Provinsi Sumbar pada kegiatan Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan, Rawa dan Tambak. Pada fungsi Pelayanan Umum, besarnya kontribusi terhadap alokasi anggaran yang tidak terserap disebabkan masih terdapat anggaran yang tidak terserap pada Bagian Anggaran BUN (BA 999) yaitu untuk kegiatan Pengelolaan Transfer DAK Fisik serta rendahnya penyerapan anggaran Badan Pengawas Pemilu pada kegiatan Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu oleh Bawaslu Provinsi dan Lembaga Pengawas Pemilu Ad-hoc. Sedangkan pada fungsi Pendidikan disebabkan akumulasi sisa anggaran yang tidak terserap antara lain pada kegiatan Peningkatan Akses, Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam dan Dukungan Manajemen PTN/Kopertis. 

Fungsi Pendidikan mendapatkan alokasi anggaran terbesar yaitu Rp3,33 trilun (24,6%). Sedangkan fungsi Ekonomi berkontribusi terbesar terhadap undisbursment yaitu 42,04%.
Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Klasifikasi Organisasi 

Alokasi APBN tahun 2018 di Sumatera Barat sebesar Rp14,27 triliun tersebar kepada 753 satker pada 47 Kementerian Negara/ Lembaga (K/L) dan 6 satker pengelola BA BUN. Diantara 47 K/L tersebut, 10 (sepuluh) K/L mendapatkan alokasi yang sangat signifikan terhadap total pagu anggaran, yaitu sebesar Rp9,9 triliun atau sekitar 69,3% dari total pagu APBN se-Sumatera Barat.


Dari tabel terlihat pada tahun 2018 Kementerian PUPR mendapatkan alokasi terbesar yaitu Rp2,6 triliun atau naik 11,6% dibanding alokasi tahun 2017. Sedangkan Komisi Pemilhan Umum merupakan K/L dengan kenaikan alokasi anggaran terbesar yaitu Rp219,8 miliar atau 218,09% dibandingkan alokasi tahun 2017. Kenaikan alokasi anggaran pada KPU sebagian besar dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2018.

Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Klasifikasi Program

Program merupakan penjabaran dari kebijakan yang mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon I yang berisi kegiatan untuk mencapai visi dan misi K/L. Di Provinsi Sumatera Barat, belanja pada APBN 2018 terbagi ke dalam 5 (lima ) program generik (program yang digunakan oleh beberapa unit pengguna anggaran yang memiliki karakteristik sejenis) yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (PDMPT), Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur (PPSPA), Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur (PPPAA), Program Penelitian dan Pengembangan (PPP), dan Program Pendidikan dan Latihan Aparatur (PPLA). Sedangkan program teknis berjumlah 128 dengan alokasi anggaran terbesar pada tahun 2018 adalah: Program Pendidikan Islam (PPI), Program Pengelolaan Sumber Daya Air (PPSDA), Program Penyelenggaraan Jalan (PPJ), Program Pengelolaan Sumber Daya Air (PPSDA), Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan (PPPK), dan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman (PPPIP).
 
Dari grafik terlihat alokasi anggaran program generik tahun 2018 sebesar Rp3,5 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp511,9 miliar dibandingkan tahun 2017. Alokasi terbesar pada program generik adalah Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (PDMPT) sebesar Rp2,9 triliun (82,2%), antara lain terdapat pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp1,37 triliun, Kepolisian RI sebesar Rp595,2 miliar, dan Komisi Pemilihan Umum sebesar Rp211,9 miliar. Pada program teknis, alokasi anggaran terbesar adalah Program Pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama. Alokasi anggaran pada program PPI digunakan untuk Dukungan Manajemen Pendidikan dan Pelayanan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Islam, Peningkatan Akses, Mutu, Kesejahteraan dan Subsidi Pendidikan Tinggi Islam, dan Peningkatan Kompetensi dan Profesionalitas Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah.

Dari 5 (lima) program generik diatas, program PDMPT merupakan program generik dengan kontribusi terbesar terhadap anggaran yang tidak terserap, yaitu 3,14%. Besarnya kontribusi program PDMPT terhadap ketidakserapan anggaran tahun 2018 antara lain disebabkan masih rendahnya penyerapan anggaran program PDMPT pada Kemenristekdikti, khususnya pada kegiatan Dukungan Manajemen PTN/ Kopertis pada beberapa perguruan tinggi dan pada Komisi Pemilihan Umum antara lain pada kegiatan Pengelolaan Data, Dokumentasi, Pengadaan, Pendistribusian, dan Inventarisasi Sarana dan Pra Sarana Pemilu serta kegiatan Pelaksanaan Manajemen Perencanaan dan Data. 

Sedangkan dari 5 (lima) program teknis dengan alokasi terbesar, kontribusi terbesar terhadap anggaran yang tidak terserap adalah program PPSDA sebesar 17,71% dan PPJ sebesar 16,92%. Pada program PPSDA kontribusi terhadap ketidakserapan anggaran antara lain disebabkan rendahnya penyerapan anggaran pada kegiatan Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan, Rawa dan Tambak yang digunakan untuk pembangunan Jaringan Irigasi Kewenangan Pusat. Sedangkan program PPJ kontribusi ketidakserapan disebabkan rendahnya penyerapan anggaran pada kegiatan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional yang digunakan untuk Pemeliharaan Rehabilitasi Jalan.

Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Pengklasifikasian anggaran berdasarkan jenis belanja telah diatur berdasarkan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan PMK Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran. Jenis belanja APBN yang dialokasikan di wilayah Sumatera Barat terbagi ke dalam 4 (empat) jenis belanja yang dikelola Kementerian Negara/ Lembaga, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial, dan 2 (dua) jenis belanja yang dikelola Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN) yaitu DAK Fisik dan Dana Desa. 

Pada tahun 2018, belanja barang mendapatkan kenaikan alokasi anggaran sebesar Rp927,5 miliar atau 24,87% dibandingkan alokasi tahun 2017. Kenaikan alokasi anggaran belanja barang sebagian besar dialokasikan pada Komisi Pemilihan Umum (naik Rp207,39 miliar) dan Badan Pengawas Pemilu (naik Rp109,84 miliar) yang digunakan untuk mendukung kegiatan Pilkada serentak tahun 2018. Belanja modal juga mendapatkan kenaikan alokasi sebesar Rp139,9 miliar. Kenaikan belanja modal terbesar terdapat pada Kementerian PUPR yang digunakan untuk pembangunan jaringan irigasi kewenangan pusat sebagai wujud untuk meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Sumatera Barat.

Dari sisi penyerapan anggaran, belanja barang dan belanja modal merupakan jenis belanja yang berkontribusi paling besar terhadap total alokasi anggaran yang tidak terserap, yaitu masing-masing sebesar 37,40% dan 39,36%. Besarnya kontribusi belanja barang disebabkan besarnya anggaran yang tidak terserap pada Kementerian Kesehatan antara lain satuan kerja Rumah Sakit Umum Dr.M Djamil Padang dan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi yaitu pada Layanan Operasional UPT BLU serta pada Kementerian PUPR antara lain belanja barang yang dilaksanakan oleh satker SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Barat dan Pelaksanaan Jalan Wilayah II Provinsi Sumbar. 

Belanja barang
mendapatkan alokasi
terbesar (Rp4,65 T),
sedangkan belanja
modal berkontribusi
terbesar terhadap
undisbursment
(36,36%)


Kontribusi belanja modal terhadap alokasi anggaran yang tidak terserap disumbang oleh besarnya belanja modal yang tidak terserap pada Kementerian PUPR yang dilaksanakan oleh satuan kerja SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air WS Indragiri-Akuaman, WS Kampar, WS Rokan Provinsi Sumatera Barat pada pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi Permukaan Kewenangan Pusat. 


Senin, 29 Juli 2019

Mengulik Singkat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.02/2018

      Ketentuan mengenai Tata Cara Revisi Anggaran ditetapkan setiap tahun, sesuai dengan amanat UU APBN dan Perpres Rincian APBN. Untuk Tahun Aanggaran 2019, dilakukan perbaikan kentuan revisi anggaran antara lain sebagai berikut yaitu : Pembagian kewenangan pemroresan usul revisi di DJA dan DJPB; Ketentuan revisi anggaran terkait dengan belanja operasional, tunggakan, dll; Penyeragaman penelahaan revisi anggaran; Dukungan sistem aplikasi dalam proses penyelesaian revisi anggaran.

KEWENANGAN REVISI DJPB


  1. Revisi Anggaran Dalam Hal Pagu Berubah
  • Lanjutan pelaksanaan kegiatan yang dananya bersumber dari PHLN atau PHDN;
  • Penambahan dan/atau pengurangan hibah langsung;
  • Penggunaan kelebihan realisasi atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat digunakan kembali) yang direncanakan dalam APBN TA 2019 atau peruabahan TA 2019 untuk satker pengguna PNBP yang tidak terpusat sepanjang dalam 1 satu program yang sama;
  • Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk satker BLU
  1. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran Tetap

a. Pergeseran belanja yang dibiayai dengan PNBP dalam 1 satker pengguna PNBP yang sama;
b. Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam wilayah kerja Kanwil DJPB yang sama , dalam rangka:
- memenuhi kebutuhan belanja operasional;
- Memenuhi kebutuhan kurs;
- Penyelesaian tunggakan tahun 2018;
- penggunaan sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran swakelola untuk menambah volume keluaran (output)
- penyelesaian pagu minus belanja pegawai;
c. pergeseran anggaran untuk kegiatan tugas pembantuan, urusan bersama, dan/atau dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah lokasi/kewenangan;
d. pergeseran anggaran antarkeluaran (output) dalam 1 (satu) Satker atau antar-Satker maksimal 10% sepanjang tidak berdampak pada penurunan volume keluaran
(output) teknis non-Prioritas Nasional yang direvisi;

3. Revisi Administrasi

a. ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi sepanjang dalam peruntukkan dan sasaran yang sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja
b. ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sepanjang DIPA belum direalisasikan;
c. ralat kode lokasi Satker dan/atau lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
d. perubahan rencana penarikan dana/atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA sepanjang tidak merubah nilai total pendapatan Satker;
e. ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk penerusan pinjaman;
f. ralat cara penarikan SBSN;
g. ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN;
h. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L DIPA;
i. pencantuman/perubahan/penghapusan catatan halaman IV DIPA berkaitan dengan tunggakan tahun 2018;
j. Perubahan nominal pagu komponen pembangunan / renovasi gedung/bangunan dan/atau komponen pengadaan kendaraan bermotor yang tercatat dalam halaman IV .B DIPA sepanjang volume komponen pembangunan/renovasi gedung/bangunan dan/atau komponen pengadaan kendaran bermotor tetap.
k. perubahan kantor bayar sepanjang DIPA belum direalisasikan;
l. perubahan nomenklatur satker untuk kegiatan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan;
m. perubahan pejabat perbendaharaan; dan
n. revisi secara otomatis, sepanjang DIPA belum direalisasikan

REVISI ADMINISTRASI KEWENANGAN DJPB
- ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi sepanjang dalam peruntukkan dan sasaran yang sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja
- ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sepanjang DIPA belum direalisasikan;
- ralat kode lokasi Satker dan/atau lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
- perubahan rencana penarikan dana/atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA;
- ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk penerusan pinjaman;
- ralat cara penarikan SBSN;
- ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN; dan/atau
- ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L DIPA;

MEKANISME REVISI DJPB
KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon Kementerian/Lembaga dengan melampirkan dokumen pendukung berupa:
a. Surat usulan revisi anggaran;
b. surat persetujuan eselon I dalam hal Revisi Anggaran berupa :
- pencantuman/ penambahan volume komponen gedung/bangunan pembangunan/renovasi dan pengadaan kendaraan bermotor dalam keluaran (output) layanan sarana dan
prasarana internal; dan/ atau
- pergeseran anggaran antarkeluaran (output) dengan besaran lebih dari 10% (sepuluh persen) dari pagu DIPA awal keluaran (output) yang direvisi sepanjang
tidak berdampak pada penurunan volume keluaran (output) teknis non-Prioritas Nasional; dan/ atau dokumen pendukung terkait lainnya.


FORMAT SURAT USULAN REVISI ANGGARAN SATKER KEPADA KANWIL DJPB

MATRIKS PERUBAHAN (SEMULA-MENJADI)

FORMAT SURAT PERMINTAAN PEMUTAKHIRAN DATA POK
KEPADA KANWIL DJPB

BAGAN ARUS REVISI PADA KANWIL DJPB
(MELALUI MEJA LAYANAN ATAU PERSURATAN)

BAGAN ARUS REVISI PADA KUASA PENGGUNA ANGGARAN



Selasa, 07 Mei 2019

Kartu Kredit Pemerintah (KKP) dan Jembatan Bagi Dunia Perbankan

Ibu Menteri Keuangan kita, Sri Mulyani Indrawati menggagas kewajiban intansi Pemerintahan Kementerian Negara/Lembaga untuk penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP)dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran Dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah. Apakah tujuan dibalik penggunaan KKP tersebut? Nah.. kita ulas sedikit dari awal.

Setiap Instansi/Badan/Kementerian Negara/Lembaga mempunyai Dana Operasional untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Dana tersebut meliputi gaji pegawai pemerintah dan non pemerintah, dana operasional (meliputi belanja barang dan belanja modal), dana bantuan sosial, dana hibah, serta banyak dana lainnya yang menjadi bahan utama yang akan menggerakkan roda pemerintahan sesuai tupoksinya masing-masing. Dana yang dibutuhkan tersebut telah direncakan tahun sebelumnya berdasarkan kajian Rencana Strategis, kajian fiskal dan kebijakan lainnya yang menjadi rencana kerja tahun yang akan datang. Misalnya saja pada Kementerian Negara/Lembaga bernama KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang akan mengadakan pemilu tentu memerlukan dana yang besar untuk pengadaan surat suara, biaya keamanan, biaya sewa tenda/kelakar untuk setiap TPS, serta biaya upah untuk panitia/saksi yang akan bekerja pada saat masa pemilu mempunyai dana yang telah dituangkan pada Tahun sebelumnya yang disebut dengan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Sebagai contoh, KPU Kota Bukittinggi memiliki total dana yang tertuang dalam DIPA Rp. 10 Milyar yang terdiri dari berbagai macam alokasi dana sebagaimana yang telah saya sebutkan sesuai tupoksinya. Maksimal dana yang bisa digunakan oleh KPU Kota Bukittinggi adalah Rp. 10 Milyar, kemudian maksimal dana tersebut terbagi lagi untuk masing-masing belanja, hal inilah yang disebut sebagai Pagu anggaran.


Untuk Dana Operasional setiap bulannya ada yang disebut dengan Uang Persediaan (UP). Dana UP tersebut digunakan untuk dana operasional kantor seperti pengadaan Alat Tulis Penunjang Kantor (ATK), biaya perjalanan dinas, biaya konsumsi kegiatan/acara, dsb. Dana UP yang dianggarkan setiap bulan untuk Satuan Kerja KPU Kota Bukittinggi misalnya sebesar Rp. 200 juta. Dana tersebut sebelumnya hanya bersifat uang tunai di Bank yang dicairkan melalui KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) dan masuk ke rekening KPU Kota Bukittinggi dan dikelola oleh Bendahara Pengeluaran. Dana tersebut boleh tunai dan disimpan di brankas dengan maksimal dana Rp. 50 juta (Sesuai dengan PMK Nomor 178/PMK.05/2018) sehingga banyak idle money yang tersedia di Bank yang belum digunakan dan tidak produktif. Selain itu, penggunaan dana yang masih manual menyulitkan untuk pemeriksaan. Proporsi dari KKP tersebut adalah 60% UP Tunai dan 40% untuk KKP.


Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) bertujuan untuk mengontrol transaksi keuangan Negara serta memungkinkan Pemerintah untuk mengelola dana APBN secara lebih efektif dan produktif. Sesuai Arahan Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani Indrawati, dalam Acara Puncak Hari Bhakti Perbendaharaan 23 Januari 2019 :

“Setiap Rupiah tidak boleh idle (termasuk uang persediaan). Kita tidak akan menjadi pengelola perbendaharaan negara yang terbaik di dunia seperti yang dicanangkan oleh Pak Dirjen sebagaimana tekadnya Direktorat Jenderal Perbendaharaan, kalau Anda tidak terusik melihat uang persediaan menganggur biarpun seminggu.”

Maka kewajiban penggunaan KKP untuk Uang Persediaan akan dilangsungkan selambat-lambatnya tanggal 1 Juli 2019. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Wajib bagi Satker yang memiliki pagu DIPA yang bisa di UP kan sebesar Rp 2,4 Milyar s.d. Rp 6 Milyar
2. UP satker sudah melebihi Rp. 200 Juta.

Sedangkan dispensasi bagi satker yang tidak akan menggunakan KKP adalah :
1. Satker tersebut Pagu DIPA nya dibawah Rp. 2,4 Milyar
2. Belum tersedianya Merchant di Kota atau Wilayah tempat satker tersebut beroperasi.

Lantas bagaimana dengan pihak penyedia KKP tersebut?

Pihak Kementerian Keuangan dalam hal ini telah melangsungkan kerjasama dengan Bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang terdiri dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara (BTN) demi menyukseskan kebijakan penggunaan KKP diseluruh Kementerian Negara/Lembaga. Pihak Bank Himbara telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian Keuangan c.q Ditjen Perbendaharaan yang didalamnya berisi kesanggupan Bank Himbara untuk melaksanakan KKP dan akan membantu Bank yang belum mempunyai sistem Kartu Kredit seperti Bank Syariah, Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank lainnya yang menjadi tempat satker menaruh dana operasionalnya melalui mekanisme co-branding.


Terhadap satker yang membuka rekening pengeluaran di Bank selain bank Himbara (Bank Nagari, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dll) Tetap diwajibkan sebagai peserta KKP
Maka solusinya adalah :
1. Bank-bank tersebut melakukan kerja sama/ co-branding dengan bank Himbara yang dapat menerbitkan KKP
2. Bank-Bank dimaksud melakukan penandatangan PKS induk terlebih dahulu antara pimpinan kantor pusat Bank (Bank Nagari, BSM, BRI Syariah, dll) dengan Dirjen Perbendaharaan. Setelah PKS Induk ditandatangani, kantor Cabang Bank selain Himbara baru dapat melakukan penandatanganan PKS dengan satuan kerja yang diwajibkan KKP.

Namun pada kenyatannya dilapangan masih banyak cabang dari Bank Himbara tersebut belum mengetahui perihal penggunaan KKP ini. Maka dirasa perlu untuk pihak Bank Himbara untuk mensosialisasikan KKP kepada semua lini cabang dan kantor kas lainnya agar pelaksanaan KKP ini berjalan dengan lancar. Penggunaan KKP juga tidak boleh dikenakan biaya sur-charge sama sekali dikarenakan pembebanan biaya tersebut akan masuk sebagai belanja Pemerintah lain-lain. Untuk pengenaan biaya sur-charge sendiri telah dilarang Oleh Bank Indonesia agar pihak Merchant tidak mengenakannya ke Konsumen. Untuk itu khusus KKP tidak boleh dikenakan biaya sur-charge sama sekali.

Apakah Bank diuntungkan mengenai hal ini? tentu saja ya. Uang Persediaan yang tadinya dikelola manual dalam bentuk saldo rekening debet kini sebagiannya beralih fungsi menjadi Kartu Kredit. Untuk Bank penyedia Kartu Kredit hal ini akan membantu mereka dalam mengelola target mereka.

Lalu bagaimana dengan Bank yang tidak mempunyai sistem Kartu Kredit?

Bank tersebut dapat melakukan kerjasama dengan metode co-branding dengan Bank Himbara dan tanpa dibebani biaya kecuali biaya materai.

Apakah jika Bank yang tidak melangsungkan co-branding akan terkena dampak?

Dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018 telah tegas disebutkan bahwa satker yang telah memenuhi persyaratan harus menggunakan KKP pada tanggal 1 Juli 2019. bagi satker yang akan menggunakan KKP tetapi Bank dimana rekening operasionalnya tidak menyediakan fasilitas KKP, Satker tersebut dapat mengajukan pindah Bank Operasional kepada Bank Himbara/bank yang menyediakan fasilitas KKP. Hal tersebut berarti memindahkan buku rekening Bendahara Pengeluaran ke rekening dengan fasilitas KKP. Pihak Bank sebaiknya serius menanggapi hal tersebut karna dana yang ada pada Satker pasti besar jumlahnya sesuai dana operasional masing-masing Kementerian Negara/Lembaga.

Senin, 06 Mei 2019

Rashdan dan Rejekinya yang membawa Ibu kembali ke Rumah.

Setelah Menikah aku dan suami LDM (Long Distance Marriage) karena aku masih 1 Tahun penempatan PNS di Batam. Alhamdulillah setelah 3 bulan menikah, aku dikaruniai titipan Allah melalui rahimku seorang anak laki-laki. Pada bulan Oktober 2017 aku mengambil jatah cuti melahirkanku untuk pulang ke Padang. Lebih cepat daripada prediksi anakku lahir tanggal 12 November 2017 dari yang seharusnya lahir pada 9 Desember 2017. Alhamdulillah meskipun begitu ia cukup tangguh untuk lahir kedunia ini. Lalu Suamiku memberinya nama Rashdan.


Setelah Rashdan lahir hingga Rashdan berumur 1.5 bulan aku dan suami merawat Rashdan berdua dikontrakan suami di Kinali. Pada saat itu Suami masih bertugas di Bank Nagari cabang Kinali. Kemudian saat Rashdan memasuki umur 2 bulan Rashdan terpaksa kubawa naik pesawat untuk pertama kalinya karna aku harus masuk kantor kembali. Rashdan ku besarkan di Batam bersama Babby Sitternya di Rumah Dinasku di Batam. Kemudian beberapa hari menjelang ulang Tahun Rashdan yang pertama kami pindah ke Padang, dan diberikan hadiah oleh Allah kesempatan untuk mengabdi pada Negara dan lebih dekat dengan suami. Alhamdulillah ya Allah... Akhirnya surat permohonan pengajuan pindahku di Padang diterima. Alhamdulillah ya Allah, Semoga orang yang mempermudah urusan orang lain terutama mempersatukan suami istri yang jaraknya berjauhan diberikan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.. Amiin Ya Rabbal 'Alaamiiin.

Akhirnya Ku Menemukanmu

Alhamdulillah akhirnya aku dapat mengumpulkan mood untuk menulis kembali. Setelah sekian lama aku sibuk dengan training semasa OJT di Jakarta selama setahun dan akhirnya mendapatkan penempatan di Batam sebagai PNS Kemenkeu DJPB aku akan menulis titik balik dalam hidup, hal yang bersejarah dan unik dalam hidupku. Kali ini aku akan menulis tentang cerita yang paling bersejarah dalam hidupku, yaitu sebuah Pernikahan.

Aku bukanlah wanita yang cantik, wajahku biasa saja bahkan cenderung tidak diperhatikan laki-laki di sekitarku. Mulai dari wisuda tanpa pendamping wisuda seperti yang teman-teman aku lakukan pada pertengahan Tahun 2014, pengumuman kelulusan CPNS akhir tahun 2014, Training selama setahun di Jakarta hingga memasuki tahun 2016 hingga akhirnya penempatan di Batam, Kepulauan Riau, Indonesia aku tidak kunjung menemukan jodohku.

Akhirnya saat itu muncul, pertama kali aku dikenalkan dengan seorang laki-laki berumur 32 Tahun pada Bulan Maret 2016 di Padang. Laki-laki itu adalah keponakan dari Tek Yanti yang merupakan teman sekantor mamaku. Tek Yanti ingin mengenalkan aku dengan anak kakaknya yang tak kunjung menemukan pendamping hidupnya di saat usianya sudah cukup matang untuk membangun sebuah keluarga. Aku menyanggupi permintaan mama untuk bertemu dengannya pada malam itu di Martabak Mesir Kubang, Ulak Karang, Padang. Aku berangkat dengan mama sedangkan Ia dengan Tek Yanti dan anaknya yang merupakan sepupunya yang bernama Novi.

Pada malam itu aku tak menduga ia sama sekali tak terlihat sudah berumur, pikirku ia berusia 28 tahun jika melihat perawakannya. Ia adalah sosok laki-laki tinggi dengan berat badan ideal dan juga sangat tampan kharismatik. Memang tak bisa dipungkiri istilah "dari mata turun ke hati" itu membuatku terpana, caranya berjalan dan menyapa kami penuh kelembutan dan sangat sopan. Untuk pertemuan pertama aku sudah sangat tertarik, karna bagiku ia memang sangat tampan dan tinggi sesuai dengan keinginanku bersama dengan lelaki yang tinggi badannya. Pada malam itu kami bertukar pin BBM (Blackberry Messenger) dan bercerita hal biasa seputar pekerjaan, tempat tinggal dan kehidupan. Makan malam kami akhiri dengan berpamitan dengan keluarganya.

Setelah pertemuan di Martabak Kubang. Ulak Karang, Kota Padang itu kami tak banyak chatting. Hanya sesekali aku bertanya bagaimana kabarnya? apa ia sudah makan? atau memberikan perhatian kecil lainnya. Aku pikir awalnya ia tak tertarik padaku, maka dari itu setelah pertemuan itu kami tidak banyak berkirim kabar, sungguh biasa saja.

Kemudian memasuki awal bulan April aku memberanikan diri untuk mengajaknya jalan-jalan di Padang, namun ia sering menolak dengan alasan banyak kegiatan kantor dan ia sangat sibuk. Aku pun pada saat itu merasa memang aku tak menarik, tak secantik model, tak sepintar Sri Mulyani Indrawati, dan tak sehebat Susi Pudjiastuti misalnya. Maka dari itu akupun tidak lagi memberikan pesan atau menghubunginya, ya saya minder. Kemudian adik sepupunya yang bernama Novi, yang juga datang pada saat kami dikenalkan di Martabak Kubang itu menghubungiku. Ia berkata sebaiknya aku lebih aktif dan sedikit agresif untuk mendekatkan diri ke abang sepupunya karena menurutnya abang sepupunya itu sangat pemalu. Atas dasar dorongan Mama dan adik sepupunya itu aku kemudian menghubunginya kembali dan aku mengajaknya untuk ketemuan di Padang. Ternyata kali ini ia menyutujuinya, dan akhirya kami memutuskan untuk bertemu dan aku langsung memesan tiket pesawat via traveloka untuk pertemuan kami yang kedua di awal Mei di Padang.

Untuk pertemuan yang kedua aku mengajaknya datang ke Pantai Padang hari Sabtu Sore, tanggal 30 April 2016. Ia datang sendiri dan aku bersama adik kandungku, Gita. Aku masih canggung jika pergi sendiri, dan benar saja ia pun tak banyak bicara dan pemalu. Adikku berkata "kak, kayaknya abang tu dia pendiam ya" dan aku mengiyakan pendapatnya tersebut. Setelah pertemuan keduaku dengannya, intensitas chatting kami pun meningkat. Entah kenapa ia jadi sering mengabariku dan meyapaku lewat BBM. Aku pun menjadi senyum malu-malu setiap ia mengirim pesan padaku, aku bahagia. Kemudian kami berjanji untuk bertemu kembali besok pagi untuk jogging bersama di GOR UNP pada minggu, 1 Mei 2016. Kami kemudian jogging keliling GOR UNP, kami bercerita tentang hobby masing-masing dan pekerjaan apa saja yang kami lakukan dikantor, memang belum ada ucapan atau arahan mengenai asmara sama sekali, hanya sekedar obrolan biasa untuk mencairkan suasana yang kaku.

Aku jadi memesan tiket untuk Pulang ke Padang setiap weekend, meskipun ia tak selalu bisa untuk menemuiku. Kemudian aku berjanji untuk bertemu dengannya pada tanggal 21 Mei 2016. Kami berjanji untuk pergi nonton Film My Stupid Bos ke Raya Theatre (waktu itu belum ada XXI di Kota kami). Itulah kali pertama aku dijemputnya kerumah dengan mobilnya, dan itu pertama kalinya pula ia datang kerumahku bertemu lagi dengan Mama dan Gita. Kami Pamit dan pergi nonton berdua. Tahukah apa yang aku rasakan selama menonton di Raya Theatre? aku sangat berdebar-debar dan semangaat sekali sampai rasanya ingin loncat. Aku tak menyangka seorang Pangeran Tampan mau jalan denganku untuk nonton berdua! sungguh suatu kemajuan bukan? Ia betul2 tipeku, ia tak hanya tampan, ia tinggi, ia juga berwibawa, elok budinya dan juga mapan. Pada saat itu aku berharap ia menaruh rasa padaku dan mau untuk serius denganku.

Saat akan pulang, hujan turun. Kami bahkan belum sempat untuk makan kemudian kami pulang karena ia berkata pada malam hari ia akan ada kegiatan. Pada perjalanan pulang untuk mengantarku ia memutuskan untuk membeli tahu isi yang ada di depan stasiun tabing. Entah kenapa pada saat itu tahunya belum digoreng sehingga kami menunggu 30 menit didalam mobil sambil bercerita. Ia menuturkan beberapa kekhawatiran hidupnya padaku, dan aku entah kenapa pada saat itu menguatkannya, mungkin ia sudah merasa nyaman untuk bercerita padaku. Dan aku rasa itulah alasannya kenapa ia belum menikah hingga umurnya 32th. Tampaknya hujan dan penjual tahu isi memberikan kami waktu untuk mengobrol, setelah tahu siap di goreng ia pun mengantarkanku kerumah dan mengobrol sebentar dengan Mama.

Setelah pertemuan itu kami semakin sangat intensif berkomunikasi, mulai dari menelfon, chatting, bahkan video call. Kemudian kami sepakat untuk bertemu kembali pada tanggal 4 Juni 2016. Karena kesibukannya aku baru dapat bertemu dengannya pada 5 Juni 2016 di GOR H Agus Salim untuk jogging. Sebelum pergi mama berpesan padaku untuk menanyakan padanya apakah ia tertarik padaku? Jika tidak tertarik mama akan mengenalkanku pada anak temannya yang lain. Aku pada saat itu ragu apakah aku harus menanyakannya?

Kami jogging di gor, keliling dan setelah lelah kami memutuskan untuk sarapan di Lontong Mama Bet di Gor. Aku yang saat itu sedang curhat mengenai teman kantorku yang menyukaiku dan ingin melamarku ke Padang tetapi aku tidak menyukainya karena ia tidak mau shalat 5 waktu serta perokok berat. Entah ada dorongan atau angin apa aku berkata "Mas yang dikantorku nekat mau Ke Padang mau melamar Resty Bang, Resty udah tolak tapi dia ga mau mundur, resty juga ga punya alasan buat nolak dia karena Resty Jomblo. Gimana kalau kita jadian aja jadi ti ada alasan buat nolak Mas itu". Pangeran tampanku kaget dan sempat berhenti makan lontongnya, namun jawabannya lebih mengagetkan "Abisin dulu lontongnya", detik itu Aku merasa ditolak. Setelah selesai makan suasana menjadi agak canggung, dan diperjalanan kami bertemu dengan teman laki-lakinya yang sedang menggendong 2 anak. Ia mengenalkanku pada temannya itu. Temannya menggodanya "siapa iniiii?" sambil melirik penuh arti padaku. Pangeran Tampanku hanya tersenyum saat itu. Diperjalanan Pulang aku menggodanya kembali sambil bertanya "itu kan junior abang aja anaknya udah 2, abang kapan?" lalu ia menjawab "emang ada yang mau sama abang?" lalu kujawab "ini ada yang mau" sambil menunjuk ke diriku sendiri. Ia kemudian tersenyum kembali dan bertanya "Resty mau sama abang?" ku pastikan ia melihatku dan aku mengangguk semangat kemudian aku bertanya kembali "kapan abang mau nikah?" lalu ia menjawab "tahun ini". Kemudian suasana menjadi semakin canggung dan aku mulai mengalihkan topik seputar pembicaraan mengenai obrolan kantor.

Setelah ia mengantarkanku keparkiran aku menceritakan bahwa aku akan memasak pada saat sahur untuk teman-teman kantorku dirumah dinas. Dan ia berkata "ga pa2, abang kan percaya sama Resty, kita kan jadian". Entah mengapa ia berkata begitu padahal tadi ia seperti menolakku, ucapannya membuatku merasa benar-benar ingin tumpah kala itu.

Hari-haripun berjalan, selama bulan Puasa Tahun 2016 kami lalui masih dengan hubungan yang LDR. Tak seharipun kami lewatkan tanpa telfonan, BBM-an, Video call, hari-hari serasa berbunga-bunga bagiku. Dan ia pun tampaknya tak bisa tak menghubungiku lebih dari 3 jam kala itu. Pada pertengahan puasa tanggal 18 Juni 2016 ia datang ke Batam tanpa memberitahuku. Pada saat itu aku sedang lembur dikantor, ia mengatakan ia telah di Batam. Aku tak percaya kemudian ia memintaku untuk Video call dan mengirimkan lokasinya padaku via aplikasi whatsapp, dan benar saja ternyata ia memang datang ke Batam untuk menemuiku. Aku senang, panik dan tak tahu harus bagaimana.

Kemudian aku meminta izin kepada Kepala Seksi Pencairan Dana untuk pergi dan melimpahkan pekerjaanku pada teman lainnya dikantor, kepala Seksiku mengerti dan membebaskanku dari tugas lembur pada saat itu. Kami berjanji untuk bertemu di Nagoya Mall. Dengan kecepatan penuh aku kebut mobilku karna takut ia menungguku terlalu lama. Setelah tiba di Nagoya aku melihatnya sangat tampan saat itu, aku terharu. Kemudian kami berjalan di Nagoya mall, ke Batam Centre, ke mesjid Raya Batam dan ke Engku Putri. Pada saat memasuki waktu berbuka puasa aku mengajaknya untuk makan di Nagoya Mall. Setelah makan berbuka puasa dan berkeliling kembali di Nagora Mall, kemudian aku memesankan Hotel menginap untuk nya di Swiss Bell Hotel di Jalan Penuin, Batam. Aku mengantarkannya dan sepakat untuk menjemputnya kembali untuk berkeliling Batam setelah sahur dan Pagi menjelang pukul 08.30 WIB. Setelah mengantarkannya, aku pun pulang ke Rumah Dinasku di Tiban, Sekupang, Batam.


Keeseokan harinya kami berkeliling kembali ditempat wisata di Batam, namun sayang sekali waktu terasa sedikit karna aku harus mengantarkannya kembali ke Bandara pukul 13.00 WIB untuk kembali pulang ke Padang. Komunikasi kami makin intensif dengan perasaan berbunga-bunga layaknya orang yang baru jatuh cinta. Kemudian kami bertemu kembali ketika lebaran. Pada tanggal 4 Juli 2016 ia datang kerumah dan berbicara dengan orang tuaku dan melamarku. Ia berkata "Izinkan Dion untuk menjaga Resty seperti Mama Papa menjaga Resty, Dion ingin menikah sama Resty ma, pa". Kata-katanya waktu itu betul-betul menggambarkan sosok lelaki matang yang memang siap untuk berkomitmen. Kemudian aku menangis, terharu. Akhirnya setelah sekian lama ada yang betul-betul ingin mencintaiku karna Allah, dan memang membuktikan cintanya dengan sebuah komitmen pernikahan.

Singkat saja, setelah ia sendiri datang melamarku dengan orang tuaku iapun datang bersama orang tuanya, sepupunya, mamaknya dan tantenya kerumah Nenek di Payakumbuh pada Lebaran ke-2 tanggal 8 Juli 2016 untuk silaturahmi dengan keluarga besarku. Keluarga Kami pun menetapkan tanggal pernikahan pada pertemuan itu, dan orang tuaku memutuskan untuk menikahkanku dan menggelar pesta Pernikahan pada tanggal 9-10 Desember 2016.

Disaat caranya yang jantan melamarku dan sikapnya yang lembut kepadaku aku memutuskan akan mencintainya sepenuh hatiku dan menghormatinya sebagaimana Khadijah menghormati dan mencintai Rasulullah.

Kemudian kami menikah secara resmi pada Tanggal 09 Desember 2016, dan mengadakan resepsi Pernikahan 2 kali pada tanggal 10 dan 11 Desember 2019. Kala itu aku Berumur 24 Tahun dan Suami 32 Tahun.

I Will Always Love u, Bang Dion :)