Pengantar
Alhamdulillah
yang tidak henti-hentinya saya haturkan kepada Allah SWT yang selalu membimbing
saya agar saya selalu mengingat-Nya dalam setiap hembusan nafas yang di
amanahkan kepada saya. Dalam tulisan ini, saya menceritakan kepada para sahabat
muslim yang dirahmati oleh Allah SWT mengenai pengalaman saya tentang kematian
yang terasa begitu dekat dengan saya. Saya bersyukur, hingga saat ini saya
selalu di jauhkan oleh Allah SWT dari segala bahaya yang mungkin datang kepada
saya. Keajaiban doa itu terletak pada “tidak akan ada doa yang luput dari
pandangan Allah SWT”. Allah SWT selalu mengijabah doa setiap umatnya dalam
berbagai cara. Maka dari itu, berdoalah agar kamu selalu senantiasa damai
hatinya wahai kaum muslimin yang di rahmati oleh Allah SWT. Pengalaman yang
saya tuliskan dalam artikel ini sekiranya dapat menjadi hantaran bagi kita
semua agar menyadari bahwa hidup di dunia ini untuk Hablumminallah dan Hablumminannas.
Sedikit motivasi yang penulis dapatkan oleh salah seorang ustadzah di pesantren
penulis, telah penulis tuliskan disini. Hal ini penulis tuliskan bertujuan
untuk memberikan gambaran guna mengilhami arti dari setiap nyawa yang di
amanahkan oleh Allah SWT akan kembali pula kepada-Nya selaku pencipta yang maha
besar lagi pengasih dan penyayang.
Setiap Yang Bernyawa Akan Kembali
Kepada-Nya
Bimillahirrahmanirrahim
inna nahnu nazalna zikro wa innallahi lahafizun, Rabbi zikri ilman warzukni
fahman. Semoga apa yang menjadi harapan setiap umat manusia didunia dapat
tercapai.
Jika saya menelaah ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat
28 yang berbunyi :
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu
tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan
dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
Saat
melaah ayat ini pertama kali yang terpikir di benak saya adalah mengenai apa
yang telah saya lakukan di dunia dan apa yang akan saya bawa kelak nanti di
akhirat. Karna, segala yang bernyawa pasti akan kembali kepada Allah. Tidak ada
yang kekal didunia ini selain Allah SWT.
Mengenang tentang kematian kita sebagai manusia tidak
akan pernah mengetahui rahasia Allah SWT yang satu ini. Bagaimana dan kapan
hari kematian setiap insan itu tiba. Sebagai manusia yang beriman, tentunya
kita sangat jika diberi kesempatan hidup lama dan cukup untuk memperbaiki
akhlak sebelum menghadap Allah SWT.
Sebelum saya menjelaskan pemahaman lebih dalam tentang
setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Allah SWT dan hal yang sebaiknya
kita lakukan didunia mengingat pentingnya arti kehidupan, saya akan bercerita sekilas
pengalaman saya mengenai kematian seseorang teman saya yang tak pernah saya
duga sebelumnya. Mungkin ini dapat dijadikan renungan bagi kita semua bahwa
kematian itu sangat dekat dengan kita semua. Kematian itu bisa datang begitu cepat kepada kita, tanpa kita duga dan
tanpa sedikitpun kita menyadarinya.
Kejadian ini terjadi saat saya masih bersekolah di salah
satu SMA negeri dikota padang. Saat itu, saya masih duduk dibangku kelas 2 SMA.
Saya mempunyai 4 sahabat disekolah yang saat itu sangat akrab dengan saya. Salah
satu dari ketiga sahabat saya tersebut, mempunyai adik sepupu yang kebetulan
juga satu sekolah dengan kami semua. Usianya hanya terpaut 1 tahun, jadi ketika
kami duduk di bangku kelas 2 SMA, maka ia duduk di bangku kelas 1 SMA kala itu.
Adik sepupu salah seorang sahabat saya itu juga dekat
dengan kami bahkan saat pergi dan pulang sekolah kami selalu bersama. Bahkan sehari
sebelum kejadian yang selalu terkenang oleh saya, tepatnya 29 september 2009
kami sempat bertemu dan berbincang sebelum pulang sekolah.
Pada hari yang mengejutkan tanggal 30 September 2009,
dimana saat sepulang sekolah pukul 14.30 WIB saya bersama dengan ketiga teman
saya ingin membuat tugas kelompok dan mencari bahan referensinya melalui warung
internet atau biasa disebut warnet yang dekat dengan komplek perumahan saya
tinggal. Tugas kelompok itu akan dikumpul esok harinya, tetapi kami semua
merasa sangat pusing dan ingin melanjutkan tugas itu dengan cara membagi tugas
saja via e-mail malam harinya.
Benar saja, sesaat saya sampai dirumah dan
duduk untuk rehat sementara sebelum shalat ashar, gempa besar datang perlahan
mengagetkan saya yang ketika itu sedang duduk di ruang televisi. Saya tersentak
kaget dan berusaha memanggil mama yang saat itu sedang mandi sore. Untung saja,
saat itu yang ada dirumah hanya aku dan mama, adik semata wayangku sedang ke
warung untuk membeli bumbu masakan yang di amanahkan oleh mama. Sedangkan papa,
sedang dinas keluar kota pada saat gempa itu terjadi. Aku berteriak memanggil
mama “mah, cepat keluar! Ada gempa!” mama langsung keluar dari kamar mandi
karna merasakan goncangan yang kian menguat. Mama pun keluar dari rumah hanya
menggunakan handuk saja. Adik saya bergegas pulang dari warung depan rumah dan
kami semua berkumpul dihalaman untuk berjaga-jaga jika gempa yang terjadi
semakin keras goncangannya dan membuat rumah kami dapat runtuh hingga
membahayakan kami semua.
Dahsyatnya
gempa saat itu membuat rumah kami nyaris roboh serta membuat air kolam ikan
disebelah rumah tumpah bagaikan mendidih terkena panas. Jalanan aspal di
komplek rumah kami retak dan mengeluarkan lumpur. Dikiri dan kanan saya
tetangga berteriak “Allahuakbar!!
Allahuakbar!!” sedangkan saya, mama dan adik saling berpelukan mengucap “Lahaula walaakuata illa billah” sambil
sesekali terjatuh karna kuatnya goncangan itu.
Goncangan
yang terjadi cukup lama, sekitar 7 menit yang kami rasakan saat itu. Saat gempa
terasa telah benar-benar telah reda, mama berteriak “Masuk cepat! Ambil pakaian
seperlunya dan ke mobil! Kita akan mengungsi ke daratan yang lebih tinggi!”.
Aku dan adikku masuk kekamar, mengambil baju seperlunya dari lemari yang telah
jatuh berantakan. Untung saja, saat itu rumah kami tidak rubuh meskipun
sebagian dari teras rumah kami rusak hingga atapnya miring. Saya mematikan
lampu, menarik ransel kemudian bergegas meninggalkan rumah dengan mobil yang
dikendarai oleh mama.
Komplek
rumah kami hanya berjarak 20 meter dari laut. Warga kota kami sebelumnya sering
mendapat simulasi yang apabila gempa berskala lebih dari 7 Skala Richter serta sirine telah berbunyi, maka kami sedapat
mungkin meninggalkan kawasan pantai karna kemungkinan dapat besar berpotensi tsunami.
Sepanjang
perjalanan, saya sekeluarga begitu kaget dan sedih melihat sisi jalan kanan dan
kiri rumah rubuh. Kepanikan, tangis, teriakan terdengar memecah kota yang
biasanya tenang menjadi sangat bergemuruh. Kota macet total dan membuat mobil
kami kesulitan untuk menerobos dengan cepat mencapai daratan yang lebih tinggi
di bukit Lubuk Minturun. Kami hanya bisa pasrah sambil mengucap “Laa illaa ha illallah, ya Allah lindungi
kami”. Mama pun berusaha meyakinkan kami agar tetap tenang sambil menyebut nama
Allah.
Setibanya
di jalan Tabing padang, saya melihat warnet yang tadinya akan saya tuju dengan
teman-teman sekelompok saya untuk mencari referensi tugas, ternyata telah
rubuh. Naudzubillah! Saya tidak bisa
bayangkan jika kami tadinya tetap pergi kesana, entah apa yang terjadi pada
kita semua. Kemudian disisi kiri jalan lainnya saya melihat warga berusaha
mengangkat puing-puing bangunan teras mesjid jalan Tabing itu. “kayaknya ada
yang masih terjebak dibawahnya kak” secara tiba-tiba adik saya berkata demikian
setelah menyaksikan dengan terkesima para warga yang mencoba mengangkat
puing-puing bangunan mesjid itu. Saya menyetel radio, berharap jika ada siaran
yang masih bisa kami tangkap kala itu. Setelah mendengarkan radio cukup lama
pada stasiun RRI Pro 1, ada himbauan langsung dari walikota melalui BMKG (Badan
Meteorologi dan Geofisika) mengatakan, “kami himbau kepada warga kota Padang
agar dapat tetap tenang karna gempa yang terjadi sekiranya tidak menimbulkan
potensi tsunami”. Kami sekeluarga
secara bersamaan mengucap Alhamdulillah.
Akan tetapi, kami tetap menuju pengungsian karna kondisi kota yang saat itu
belum stabil dan sangat hiruk pikuk. Mama menelfon papa untuk mengabarkan
kejadian ini. Nihil, sinyal terputus hingga saluran manapun tidak bisa untuk
melakukan panggilan telefon. Kami saat itu hanya bisa pasrah dengan tetap
membaca ayat Allah hingga sampai di tempat pengungsian dan berkumpul dengan
warga kota lainnya disana.
Keesokan
harinya, sekitar pukul 6 pagi para pengungsi sudah terlihat banyak yang mulai
kembali ke tempat tinggal mereka masing-masing. Saluran komunikasi masih belum
lancar, tapi kami sudah dapat mengabari kepada papa bahwa kami sekeluarga
baik-baik saja. Betapa khawatirnya papa saat itu dan sangat terharu mengetahui
bahwa kami baik-baik saja. Dan kamipun melangkah kembali pulang ke rumah kami.
Beruntung
sekali, rumah tempat tinggal kami tidak rubuh dan kami tetap masih bisa
menempati rumah kami secara layak. Betapa besar rahmat Allah yang kami rasakan hingga
kami terhindar dari bahaya disaat orang lain bahkan telah kehilangan nyawa,
orang yang dicintainya hingga rumah teduhnya tempat ia berlindung dari panas
dan dingin.
Dua
hari kemudian saluran komunikasi telah normal. Meskipun listrik masih padam dan
air ledeng pun masih belum mengalir. siang harinya saya menerima telefon dari
salah satu sahabat karib. Beliau mengatakan bahwa adik sepupu sahabat saya,
telah meninggal saat sedang les bahasa inggris di salah satu tempat les bahasa
di kota kami. Ia mengatakan bahwa jasadnya telah ditemukan kemarin di bawah
reruntuhan bangunan setinggi 5 lantai. Saya kaget dan sangat prihatin atas
musibah yang menimpa sahabat karib saya tersebut.
Disini
yang ingin saya tekankan adalah bukan semata-mata kejadian gempa yang telah
menimpa kota Padang beberapa tahun yang lalu. Sahabat , saya ingin menyampaikan
pengalaman saya yang sekiranya dapat dijadikan pengalaman yang begitu berharga.
Begitu dekatnya kematian itu dengan kita semua, bahkan kita pun tidak tahu kapankan
kematian akan menjemput serta bagaimana ia datang.
Kematian
terasa begitu dekat dengan saya setelah apa yang menimpa adik sepupu dari
sahabat karib saya yang sama sekali tidak pernah terduga oleh saya. Bahkan pada
hari sebelum kematiannya, kami sempat bersenda gurau satu sama lain. Ia adalah
anak yang baik serta rajin beribadah. Namun siapa sangka ia dengan cepat di
panggil oleh Allah dengan cara yang tidak terduga.
Saya
pun sangat bersyukur kepada Allah masih diberi kesempatan untuk hidup serta
berkumpul dengan keluarga saya. Padahal, kematian pun nyaris saja
menghampiri saya dikala itu. Sujud
syukur yang tak henti-hentinya untuk Allah SWT atas karunia-Nya yang begitu
besar kepada kami sekeluarga.
Sahabat,
selalulah kalian bersyukur kepada nafas yang saat ini masih Allah SWT amanahkan
kepada kita semua. Masih banyak manusia yang ingin hidup lebih lama berjuang
untuk menggapai kebaikan tetapi tidak mendapatkannya.
Sahabat,
ingatlah bahwa kematian itu dapat datang kapan saja dan dimana saja dengan cara
Allah yang tidak dapat kita pahami. Karna kita semata-mata adalah milik Allah
SWT. Nyawa kita adalah titipan Allah, maka setiap yang bernyawa akan kembali
pula pada-Nya.
“Beribadahlah
engkau seperti akan mati esok dan bekerjalah kamu seperti akan hidup selamanya”
kata-kata tersebut dapat memotivasi kita dengan baik. Sahabat, kita tidak akan
pernah tahu kapan ajal akan menjemput kita. Maka dari itu, coba tanyakan pada
diri kita sendiri “Sudah siapkah kita saat ajal menjemput kita?”. Bagaimana
amalan kita, apa saja yang telah kita lakukan selama hidup ini bagi sesama
muslim?.
Sahabat…
mungkin ada beberapa perkara menurut Ustadzah guru mengaji saya, yang dapat
saya bagi kepada sahabat mengenai “siapkah kita saat ajal itu menjemput?”
1.
Beribadahlah seperti engkau mati esok
hari
Sahabat,
Kata-kata ini memang sangat sederhana tetapi dapat memacu kita untuk selalu
meningkatkan kualitas ibadah kita menjadi lebih baik. Ibadah manusia yang
seolah-olah mati esok hari bagaikan ibadah musafir haus mencari telaga.
2.
Apa yang telah kita lakukan selama
hidup?
Sahabat
saya yang baik hatinya, kata-kata ini memang sedikit memberikan pertanyaan
besar pada kalimatnya. Hal yang saya maksudkan disini adalah, apakah kehidupan
kita didunia ini semata-mata hanya untuk mengejar target hidup diri sendiri
semata?. Dalam islam, kita diajarkan untuk saling mengasihi sesamea, membayar
zakat dan melakukan perbuatan baik lainnya. Ingatlah sahabat, tujuan hidup
paling utama itu adalah Hablumminallah dan Hablumminannas yaitu “hubungan baik
dengan Allah dan sesama manusia”. Coba engkau renungkan wahai para sahabatku
bahwa kita hidup tidak luput dari tujuan untuk memakmurkan umat lainnya. Untuk
apa engkau menuntut ilmu setinggi-tingginya? Untuk siapa engkau berkerja? Itu
semata-mata bukan untuk dirimu sendiri melainkan tanpa engkau sadari segala
kegiatan yang engkau lakukan didunia ini untuk orang lain. Karna Allah pun
telah menganjurkan kepada kita semua bahwa orang berilmu yang paling baik
disisi Allah adalah orang yang mengamalkan ilmunya. Dan untuk siapa kamu
bekerja dan kemudian membayar pajak? Tentunya itu untuk Negara bukan? Uang
pajak penghasilan yang nantinya akan dipergunakan untuk membangun puskesmas,
rumah pendidikan masyarakat, dan hal lainnya yang bertujuan untuk mensejahterakan
rakyat miskin. Tentunya selain kita bekerja untuk menghidupi diri sendiri, pada
waktu tertentu seperti pada idul fitri sebelum matahari terbenam kita diwajibkan
untuk menafkahkan sebagian dari rizki kita kepada fakir miskin sebanyak 2.5%
nya bukan?. Tentu saja, dari hal kecil yang dapat saya contohkan tersebut dapat
menjadi gambaran bagi para sahabat, bahwa kita hidup didunia ini semata-mata
bujan untuk diri sendiri. Maka, hal baik dan berguna apa sajakah yang telah
kita bangun untuk mensejahterakan sesama umat Allah yang beragama?
Firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 43 ;
“Dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”
3.
Perbaikilah kualitas ibadah dari waktu
ke waktu
Jika
seorang muslim telah menunaikan ibadah yang wajib, maka akan baik bagi dirinya
jika ibadahnya disempurnakan dengan ibadah sunnah. Seperti memperbanyak shalat
malam, dhuha, zikir dan ibadah lainnyayang dapat mendekatkan hati kita selalu
pada Allah SWT.
4.
Tuntutlah ilmu bagaikan dahaga di tengah
padang pasir
Pepatah mengatakan
“tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina”. Sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Mujadalah ayat 11 ;
[58:11] “Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Demikianlah yang dapat saya sampaikan kepada para sahabat
muslim yang di rahmati Allah yang saya cintai, semoga tulisan ini dapat
menjadikan kita semua semakin dekat dengan Allah serta menyadari bahwa kematian
itu sangat dekat dengan kita. Sebab, setiap yang bernyawa akan kembali
kepada-Nya.